Terdapat banyak sekali sebab yang menuntut kita harus selalu bersyukur kepada Allah swt. Kita bersyukur karena Allah telah memberi nikmat sehat. Tidak banyak manusia yang sadar dan mau bersyukur karena dapat melihat. Kebanyakan manusia baru menyadari nikmat tersebut ketika penglihatannya terganggu, kemudian harus mengeluarkan beaya yang banyak untuk pengobatan. Tidak banyak manusia yang sadar dan mau bersyukur kepada Allah karena dapat berjalan. Tidak banyak manusia yang menyadari nikmat tersebut kecuali ketika kakinya patah dan membutuhkan tongkat untuk membantu melangkahkan kakinya. Memang, kebanyak manusia tidak menyadari adanya nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya kecuali jika nikmat itu telah diambil oleh Sang Pemberi.
Bersyukur adalah memberikan pujian kepada orang yang telah membantu kita dalam menggapai kebahagiaan. Bersyukur kepada Allah berarti memuji-Nya dengan pujian yang paling baik karena Dia telah menganugerahkan kepada kita nikmat. Bersyukur dapat dilakukan dengan lisan atau perbuatan. Bahkan bersyukur kepada Allah harus dilakukan dengan lisan, hati dan perbuatan sekaligus. Bersyukur dengan lisan berarti mengungkapkan dengan lisan bahwa segala puji dan sanjungan hanya milik Allah. Bersyukur dengan hati berarti mengakui dalam hati bahwa segala nikmat yang kita rasakan, semuanya adalah atas pemberian dari Allah swt., bukan karena kepintaran dan kepiawaian kita dalam berusaha. Bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan dan menyalurkan nikmat yang kita peroleh kepada hal-hal yang diperkenankan dan diridhai oleh Allah swt.
Bersyukur, sesungguhnya bukan karena manusia mendapatkan kenikmatan semata. Namun, ketika manusia dapat terhindar dari bahaya, selamat dari musibah, atau bahaya yang menimpanya tidak terlalu parah, maka sebenarnya hal tersebut juga perlu disyukuri. Sebagai contoh, musibah pandemi C-19 yang menimpa banyak manusia di muka bumi ini. Ketika kita selamat dari bahayanya, maka hal ini adalah merupakan bentuk kasih sayang Allah swt. kepada kita. Betapa besarnya nikmat dan kasih sayang Allah yang diberikan kepada kita. Pada saat orang lain putus asa dalam menggapai cita-citanya, ternyata kita hanya gagal berkali-kali dan akhirnya juga sukses menggapainya. Betapa banyak orang yang putus belajar karena tidak mampu membayar uang kuliah, ternyata kita sukses menyelesaikan studi meskipun harus menambah lagi waktu beberapa tahun kemudian.
Ketika manusia tidak pandai bersyukur, sesungguhnya tidak hanya berdampak pada kerugian akhirat semata, sebagaimana ancaman Allah dengan siksa yang pedih. Namun, dampak dari kufur nikmat juga mengakibatkan kerugian di dunia juga. Secara kejiwaan akan terganggu, dengan menganggap bahwa apa yang diperoleh adalah hasil jerih payahnya sendiri. Secara sosial akan memunculkan penyakit kikir dan tidak mau peduli dengan orang lain yang membutuhkan. Ingat, bahwa bersyukur menuntut adanya sikap ridha, senang dan bahagia terhadap nikmat yang diperoleh. Apabila nikmat itu disikapi dengan kikir dan tidak mau berbagi dengan ridha dan senang hati, maka dari mana manusia akan mendapatkan kebahagiaan dengan capaian dan hartanya tersebut?.
Sikap ridha akan membuat manusia lebih tenang jiwanya, menyadari bahwa kehidupan ini sama sekali tidak berjalan sesuai dengan kehendak dan rencana manusia. Dalam hidup ini yang terjadi adalah sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh manusia, berada diluar rencana, nalar dan pikiran manusia. Menerima dan sadar akan kenyataan tersebut akan membuat manusia memiliki kemampuan berinteraksi secara positif terhadap kenyataan dalam kehidupannya. Sebaliknya, jika tidak ridha, maka yang terjadi adalah ketidakmampuan menjalani kenyataan dalam hidup ini sehingga salah dalam bersikap dan mengambil keputusan yang pada akhirnya justru hanya akan menyisakan penyesalan di kemudian hari. Dengan demikian, sikap syukur yang benar akan menciptakan ketenangan pada diri seseorang yang merupakan indikator kesehatan jiwanya. Di sinilah hubungan antara syukur dan sehat.
Perlu diingat bahwa ketenangan jiwa bukan hanya karena mendapatkan materi semata, namun kemampuan manusia menciptakan hubungan baik dan interaksi positif dengan manusia yang lain juga merupakan bagian yang lebih penting daripada kenikmatan materi. Oleh karena itu, upaya untuk selalu menjalin dan menjaga interaksi secara positif dengan orang lain harus menjadi perhatian utama. Untuk tujuan tersebut, membutuhkan adanya hati yang jernih dan sehat serta kelapangan dada. Singkirkan dari hati kita pikiran negatif dan buruk sangka, namun harus tetap waspada.
Kita tetap harus bersyukur dapat membantu orang lain dengan tanpa berharap balasan dari mereka, karena dapat memberi manfaat kepada orang lain itu sendiri adalah nikmat yang harus kita syukuri. Kita juga tetap selalu bersyukur kepada Allah yang Maha Kasih Sayang karena masih memberi kesempatan hidup di dunia ini dengan segala kemurahan dan pemberiaan-Nya yang tidak terhingga. Semoga dengan bersyukur kepada-Nya, benar-benar Allah akan menambah kebermanfaatan dalam kehidupan kita, sebagaimana yang dijanjikan oleh-Nya.
Wallahu A’lam
Batu, 02 Agustus 2021
U.B. Umar